Dissapeared

Please Subscribe to read further chapters

Description

Aku tak pernah sadar. Jika melihatnya adalah sebuah keharusan.

Jika memandangnya setiap hari, adalah sesuatu yang tak boleh ku lewatkan.

Di balik pohon maple tua yang daunnya mulai berwana ke kekuningan itu, aku berdiri.

Mengamatinya yang tengah berdiam diri di balik jendela rumahnya.

Ada sesuatu dari sorot matanya yang menarikku untuk mendekat.

Ia tak pernah tersenyum. Tak sekalipun.

Dan terkadang, tak bisa ku pungkiri. Jika aku berharap suatu saat ia akan tersenyum

 

Foreword



Dua tahun.

Dua tahun bukanlah waktu yang sebentar. Bukan pula waktu yang singkat untuk melupakan seseorang.

Seseorang yang sangat berarti untukmu. Seseorang yang menyumbangkan kenangan terbesar dan paling berarti dalam hidupmu.

Melepaskan, adalah hal yang paling sulit. Mengatakan selamat tinggal, adalah hal yang paling menyakitkan. Walaupun banyak orang berkata jika seseorang bertemu, suatu saat mereka akan dipisahkan. Entah itu dengan sebuah perpisahan atau kematian.

Tapi saat perpisahan itu benar-benar terjadi. Saat perpisahan itu benar-benar ia rasakan. Ia tak lagi mampu melakukan apapun. Sebagian jiwanya rapuh. Terlalu lemah untuk bangkit. Atau lebih tepatnya. Ia terlalu takut untuk bangkit. Lebih memilih menjadi seseorang yang tak terlihat dan dianggap menghilang.

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet